Mi Ongklok yang Menggugah Selera

Minggu, 15 September 2013
mie ongklok dieng wonosobo
Mie Ongklok

Kalau kita menuju Dieng dari kota Wonosobo, kita akan menemui beberapa kedai/restoran yang menjual Mi Ongklok berjejer di tepi jalan. Ternyata, yang paling terkenal di Wonosobo adalah Mi Ongklok “Longkrang”. Karena namanya unik, saya jadi penasaran ingin mencicipi makanan ini. Makanan jenis apa itu? Rasanya gimana ya?

Dalam perjalanan pulang dari Dieng menuju stasiun Purwokerto, saya dan Ju mampir ke Mi Ongklok Longkrang di Wonosobo yang katanya sudah berdiri dari tahun 1975. Lokasinya dekat dengan pasar dan terminal. Tanya saja masyarakat sekitar, pasti langsung ditunjukin arahnya. Alamat lengkap: Jalan Pasukan Ronggolawe No 14, Wonosobo. Warung Mi Ongklok Longkrang ini buka dari jam 10.00 – 19.00 setiap harinya.

Setibanya disana, saya manggut-manggut sambil bilang “Oohh, ini tempatnya. Kecil ya.” Pada kenyataannya, tempat ini memang kecil. Tapi yang penting kan rasa makanannya, bukan tempatnya. Setuju?

Sewaktu memesan, Pak Waluyo yang tidak lain adalah pemilik dan koki di Mi Ongklok bercerita tentang banyaknya orang yang suka dan ketagihan Mi Ongklok. Salah satunya Bapak SBY, Presiden RI kita. Pak Waluyo juga dengan bangga bercerita banyaknya orang yang minta dikirimkan paket Mi Ongklok sampai ke luar negeri. “Wah, ternyata bisa dipaketin ya Pak?” tanya saya. “Bisa kok Mbak. Kuahnya dibekukan dulu dan dipisah sama mi-nya. Sesudah sampai di tempat tujuan, kuahnya dihangatkan”. Canggih bener ya?

Lho? Mi pakai kol? Iya ya, pasti terdengarnya aneh. Sewaktu direbus di air mendidih, mi dan kol nya ‘diongklok-ongklok’ (dicelup-celup) pakai ongklok. Jadilah namanya Mi Ongklok.

Selain pakai kol, Mi Ongklok ini juga diracik dengan potongan daun kucai. Daun ini sangat mudah ditemukan di daerah sekitaran Wonosobo. Katanya daun Kucai ini menyehatkan karena bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Mi Ongklok warnanya kuning dengan tekstur tebal dan kenyal. Kuah Mi Ongklok juga berwarna kuning dan cukup kental. Kuah kentalnya ini berasal dari kanji yang biasa disebut “loh”. Pada campuran kuahnya ditambahkan gula merah dan ebi (udang kering) ke dalam Mi Ongklok sehingga kuahnya gurih.. nyesss. Oh iya, ada taburan bawang gorengnya juga

Tak perlu lama menunggu, pesanan kami datang. Taraaaaa.. semangkok Mi Ongklok panas disajikan dengan sate sapi yang wanginya super menggiurkan. Ternyata Mi Ongklok tidak disantap begitu aja. Di setiap meja sudah tersedia nampan plastik yang berisi tempe kemul dan aci yang siap mendampingi. Jangan lupa sate sapinya juga disantap bersamaan

Sama seperti menyantap mi instan di kala hujan, itulah yang saya rasakan ketika menikmati “Mi Ongklok”. Lezatnya berlipat-lipat. Soalnya Wonosobo juga cukup dingin udaranya, walau tidak sedingin Dieng. Eitss.. tapi tetap lebih enak Mi Ongklok lah ya daripada mi instan. Saking enaknya, saya nambah lagi Mi Ongkloknya loh! Hehehe.. dan nggak tahu sudah berapa Tempe Kemul yang saya habiskan. Habisnya enak sih. Hehehe. Tempe Kemulnya juga kita bungkus untuk jadi bekal di perjalanan. Hahaha. Nagih euy…

Selain enak, Mi Ongklok Longkrang juga murah. Satu porsinya cuma Rp 5000 dan sate sapinya Rp 15.000. Ya gimana enggak nambah terus kalau harganya semurah itu kan? Sama kayak makan 1 porsi mi instan, tapi lebih lezat dan sehat (pakai sayur). Nyam nyam nyam.. :)

Kata penduduk lokal ada dua pioneer “Mi Ongklok” di Wonosobo yaitu Pak Muhadi dan Pak Samsudin “Longkrang”. Tapi saya belum mencicipi Mi Ongklok Pak Muhadi sih jadi nggak bisa kasih testimoni. Tapi, “Mi Ongklok Longkrang” saya jamin top banget rasanya!!! Jadi jangan mengaku sudah pernah ke Wonosobo tapi enggak nyobain Mi Ongklok ya…. Selamat menikmati.

sumber: citilinkstory