Candi Dieng salah satu Warisan Budaya yang ada di Dieng plateau selain sebagai obyek wisata juga adalah Harta yang tak ternilai harganya dan wajib kita jaga dan lestarikan keberadaannya.
![]() |
Candi Dieng |
Candi di Dieng bercorak Hindu Sywa. Hal tersebut diketahui dari catatan prasasti ber angka tahun 713 saka (809 Masehi) yang ditemukan di sekitar situs areal purbakala Dieng Plateau.
Dari catatan tersebut diperkirakan candi-candi di Dieng ini berasal dari abad delapan hingga sepuluh. Namun catatan lain yang ditemukan membuka kemungkinan lain bahwa Candi Dieng telah ada sebelum abad tersebut.
Pembangunan Candi Dieng diperkirakan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yang berlangsung antara akhir abad ke-7 sampai dengan perempat pertama abad ke-8, meliputi pembangunan Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi dan Candi Gatutkaca. Tahap kedua merupakan kelanjutan dari tahap pertama, yang berlangsung sekitar tahun 780 M.
Ciri-ciri umum candi-candi di Dieng, berdenah bujur sangkar, mempunyai tiga bagian candi, yaitu kaki-tubuh-atap. Perkecualian terdapat pada candi Semar, karena berdenah empat persegi panjang, dan atap tidak menjulang seperti candi-candi lainnya, melainkan berbentuk padma (sisi genta). Demikian pula di antara candi-candi tersebut, candi Bima mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan ketujuh candi lainnya, untuk lebih jelasnya akan di deskripsikan tiga buah candi yaitu candi Arjuna, candi Semar dan candi Bima.
KOMPLEK CANDI ARJUNA
Komplek Candi Arjuna terdiri atas 4 Candi yang terletak bersebelahan menghadap ke arah barat yaitu Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Sembadra, Candi Puntadewa dan satu Candi lainnya yaitu Candi Semar yang terletak tepat di depan Candi Arjuna menghadap kearah Timur.Kelompok Candi Arjuna memiliki bentuk yang paling utuh dibanding candi-candi lain yang sudah kehilangan beberapa bagian penting dalam bangunannya.
Komplek Candi Arjuna letaknya sangat strategis, pada sebuah dataran terbuka yang dikelilingi komplek perkampungan Dieng.
KELOMPOK CANDI DWARAWATI
Terletak di atas bukit belakang Desa Dieng, Candi Dwarawati merupakan Candi yang paling sering dilewatkan para wisatawan karena letaknya agak terpencil meski akses menuju candi ini terhitung mudah.Awalnya, kelompok Candi Dwarawati terdiri atas kelompok Dwarawati terdiri atas 4 candi, yaitu Candi Dwarawati, Candi Abiyasa, Candi Pandu, dan Candi Margasari. Akan tetapi, saat ini hanya candi Dwarawati yang bentuknya masih utuh terlihat.
CANDI GATUTKACA
Candi Gatotkaca terletak di sebelah barat Telaga Balekambang dan di dekat bukit Pangonan. Susunan bangunannya mirip dengan Candi Dwarawati, hanya pada atap penampilnya berpuncak Amalaka. Tidak jauh dari Candi Gatotkaca terdapat Museum yang menyimpan koleksi arca.Dahulu terdapat beberapa bangunan candi Kelompok Arjuna yaitu Candi Gatutkaca, Candi Setyaki, Candi Nakula, Candi Sadewa, Candi Petruk, dan Candi Gareng. Saat ini, selain Candi Gatutkaca, Candi Setyaki juga telah dipugar.
Candi Gatotkaca berdenah bujursangkar dengan pintu berada pada dinding sisi barat. Pada ketiga sisi dinding yang lain terdapat relung berhias kala-makara.
CANDI BIMA
Candi Bima terletak menyendiri di atas bukit. Candi ini merupakan bangunan terbesar di antara kumpulan Candi Dieng. Bentuknya berbeda dari candi-candi di Jawa tengah pada umumnya. Kaki candi mempunyai denah dasar bujur sangkar, namun karena di setiap sisi terdapat penampil yang agak menonjol keluar, maka seolah-olah denah dasar Candi Bima berbentuk segi delapan.Penampil di bagian depan menjorok sekitar 1,5 m, berfungsi sebagai bilik penampil menuju ruang utama dalam tubuh candi. Penampil di ketiga sisi lainnya membentuk relung tempat meletakkan arca. Saat ini semuanya dalam keadaan kosong. Tak satupun arca yang masih tersisa.