Dataran Tinggi Dieng, dari Kompleks Candi hingga Bocah berambut Gimbal

Jumat, 21 Februari 2014
Eksotisme dan keelokan kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan potensi wisata yang sangat besar. Itu menjadi berkah tersendiri bagi Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Dataran Tinggi Dieng
Dataran tinggi dieng
Keindahan dan Kekayaan Budaya Dataran Tinggi Dieng menyimpan Potensi wisata yang sangat besar. Hal tersebut memberi Keuntungan sendiri bagi dua kabupaten yang menaungi Dieng Plateau, Yakni Kabupaten Banjarnegara Dan Wonosobo, Jawa Tengah.

Sebagian wilayah Dataran Tinggi Dieng memang berada di Kabupaten Banjarnegara. sementara sebagian lagi berada di Kabupaten Wonosobo. Namun, bukan berarti Dieng tidak menghadapi kendala dalam pengelolaan serta pengembangan  di bidang pariwisata.

Kendala utama yang dihadapi wisata Dieng adalah kondisi infrastruktur. Tahun ini kami  mengejar waktu dalam proses pengerjaan infrastruktur agar wisata Dieng bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat sekitar,” ujar Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo.

Masih menurut beliau, telah ada komitmen bersama antara Pemkab Banjarnegara dan Pemprov Jawa Tengah. Upaya perbaikan infrastruktur itu juga sekaligus dilakukan untuk menyukseskan tahun wisata atau Visit Jateng 2014.
selain keelokan alam, warisan candi dan budaya masyarakatnya sangat mendukung perkembangan industri pariwisata Dieng. Itulah mengapa berbagai upaya dilakukan untuk mendongkrak industri pariwisata.

Beberapa upaya tersebut diantaranya seperti  pemugaran Candi Bima yang dilakukan tahun 2013 lalu.  Pemugaran Candi tersebut dikarenakan Posisi Candi yang miring dan di Khawatirkan akan roboh. Candi tersebut dipugar bekerja sama dengan balai pelestarian peninggalan purbakala.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Aziz Achmad mengungkapkan, keunikan budaya lokal juga sangat menunjang wisata Dieng. Dia menyebut salah satu yang unik dan hanya ada di Dieng adalah upacara pemotongan rambut gimbal.

Dia menjelaskan, selama empat tahun terakhir, puncak upacara pemotongan rambut gimbal yang dikemas dalam Dieng Culture Festival (DCF) dilaksanakan akhir Juni. “Khusus untuk tahun ini, DCF diselenggarakan pada Agustus atau setelah puasa,” jelasnya.

Keberadaan industri pariwisata yang tengah menggeliat, papar dia, juga memberikan kontribusi nyata, baik bagi warga maupun pendapatan asli daerah (PAD). Warga ikut menikmati berkah pariwisata seperti lakunya homestay, penjualan aneka suvenir, dan wisatawan yang berbelanja.

“Tahun lalu, ada 600 ribuan wisatawan yang berkunjung dan membayar tiket Rp 5 ribu untuk setiap obyek wisata yang dikunjungi,” jelasnya.
sumber: jpnn